FF BTS long road CHAPTER 6



Ff Bts “ long road” ( 17+)
Chapter 6 


Genre:
-         Scool life
-         Romansa
-         Hurt
-         Yadong ( tenang gak terlalu ada kok)

Main cast :
 - Min vivi             ( OC )
   -  Jeon jungkook    (Jungkook) BTS
   -  Park jimin           (Jimin)        BTS
   -  Min yonggi                   (Suga)         BTS
   -  Park nana           (OC)
   -  Kim taehyung     (V)              BTS

Cast:         
 - Oh sasa              (OC)
   - Kim seokjin        (Jin)            BTS
   -  seo yuri              (OC)
   - Kim namjon        (Rapmon)   BTS
   - Jaehyun                                   NCT
   - go salsa               (OC)
   - Jung rara            (OC)
   - Jo hoseok           (Jhope)       BTS
   - Oh nary              (OC) 
   - And other

maaf lama banget ngeposnya. maklum suflo sibuk banget gays.... :( langsung suflo jelasin ya di chapter 6 ini, suflo kalau bisa ingin fokus ke masalah-masalah cinta yang mulai muncul, maaf jika alur gak jelas dan banyak typo tolong dimaklumi ya namanya juga penulis amatir. untuk beratus-ratus kalinya tolong beri suflo kritik dan saran jangan jadi pembaca pasif (bantulah suflo) ini dia happy reading...

 Sasa pov

Hari ini benar-benar hari yang sibuk, aku harus cepat-cepat menentukan apa yang akan ku lakukan , tapi pertama-tama aku harus konsultasi dulu.

Aku yang sekarang duduk di kursi belakang mobil pribadiku, berulang kali menghela nafas menatap ke luar cendela.

“berhenti ajussi”, 

“ada apa aggasi?”, dia adalah sopir pribadiku pak han namanya, dia yang selalu menjemput dan mengantarku kemanapun aku pergi.

“aku ingin pergi ke tempat les balet dulu ajussi”, aku harus segera bertanya kepada guru baletku sebelum memutuskan mau tampil apa, sekalian ingin bertemu dengannya aku sudah rindu padanya.

“tapi agassi, ini sudah malam, di tambah lagi saya harus segera pulang ke rumah, ibu saya sedang sakit”,

“kalau begitu aku bisa pulang sendiri, ajussi pulang saja, gak papa kok”, aku gak boleh menunda-nunda lagi tinggal 2 minggu lagi.

“mana mungkin saya tinggalkan agassi pulang sendiri malam-malam begini?”, hampir 7 tahun lamanya ajussi menemaniku kemanapun pergiku, aku tak mau merepotkannya hari ini.

“gwenchanayo ajussi, lagian aku bisa pulang sama taksi, aku janji kalau ada apa-apa langsung hubungi ajussi deh ”

“apa bener gak apa-apa aggasi?”

“ne, ajussi gak usah kawatir, aku sudah besar kok”

“baiklah kalau begitu”, ajussi segera membukakan pintu, dan mengantarku sampai ke depan gedung balet, aku sempat melihatnya beberapa kali menoleh kebelakang, memastikan keadaanku, dia memang sangat perhatian padaku, bahkan selama ini aku lebih menganggapnya sebagai ayahku dari pada ayah kandungku yang hanya menemuiku sebulan sekali.

Kulangkahkan kaki ku masuk ke dalam gedung, padahal biasanya gedung ini sangat ramai, tapi hari ini aku Cuma melihat beberapa murid yang lalu lalang, kupercepat langkahku agar sampai tujuan secepat mungkin, yang berada di lantai atas, di situ biasanya aku berlatih.

Ku buka pintu ruang utama, aku lega karna melihat guru baletku masih ada di situ, sepertinya masih melatih beberapa honbae.

“sam”, kataku memanggilnya, dia lagsung membalikan badannya dan tersenyum lebar, sepeti biasa dia sangat kenal suaraku, 

“ada angin apa ini?, sampai bintangku kemari?” katanya sambil langsung memelukku.

“ah.. sam selalu deh, siapa yang bintang”, aku juga memeluknya, melepas kerinduanku selama ini, memang sudah lama aku tak kemari mungkin hampir 3 minggu.

“begini sam...”, ku ceritakan semua yang mengganjal di hatiku, tak kusangka hampir satu jam aku mengobrol dengannya, akhir nya aku memutuskan untuk pulang, karna memang hari sudah malam, ditambah lagi aku sudah  menentukan apa yang kulakukan di acara pensi.

Lama aku menunggu di depan gedung ini, malam semakin larut dan tak ada taksi satupun yang lewat, benar-benar menakutkan.

“mana sih taksinya? mana udah malam lagi berrr.... dingin” umpatku, ku putuskan untuk berjalan ke halte bus yang tak jauh dari gedung ini, jujur aku sangat takut, apalagi jalan sendirian di jalan yang sepi, tapi apa boleh buat aku gak mungkin merepotkan ajussi lagi.

pulang hanya itu yang ada di pikiranku sekarang, aku harus berani! aku sudah besar! kataku dalam hati, kini aku sudah sampai di depan halte bus, tapi entah mengapa  tiba-tiba aku ingat kejadian yang menimpa nana onie ( sangat mengerikan) ,

dari tadi bulu kudungku merinding Sejak tadi aku merasa diikuti, bagaimana jika itu orang jahat?.
rasa takutku semakin menjadi-jadi seteleh ku pastikan bahwa orang ini tadi mengikutiku sejak aku menunggu taksi di gedung balet tadi, ini bukan film hororkan?, walaupun ada yang lebih aku takutkan daripada hantu. 

Aku menutup mataku dan mencoba memalingkan tubuhku, aku mulai merasa orang itu semakin dekat padaku dan semakin mendekat, keringat dingin membasahi keningku, tubuhku terus saja bergetar hebat, tidak aku tak boleh jadi anak kecil seperti ini terus!, kurogoh l semprotan merica yang selaluku bawa di dalam tas ku, sebagai pertahanan terakhir ku.

sekarang kurasakan dia benar-benar berdiri di bekanga ku, kuputuskan untuk menyempronya dengan semprotan merica dan lari sekencang mungkin untuk mencari bantuan.
 
“terima ini penjahat!!!....”, secepat mungkin ku semprotkan semprotan merica ke wajahnya,

“Ahkkk!!!..... apa yang kau lakukan???!!!...” eranggannya membuatku membuka mataku karna sepertinya suaranya sangat familiar.

“jaehyun-ni? kenapa kau disini?” tanyaku, ahh... sepertinya aku benar-benar membuat matanya perih, terlihat dari dia yang hanya mengucek-ngucek matanya,ya walaupun aku tak menampik hatiku sangat lega mengetahui ternyata itu dia.

“apa maksudmu?... kau yang kenapa di sini?!!..., rumahhku ada di dekat sini... lagi pula bukan itu yang penting! apa kau tidak lihat apa yang kau lakukan?”, dia mengucek matanya dan terus berdecak sebal sepertinya memang benar-benar perih.

“ mianhe..., sakit sekali ya? aku tak sengaja” kataku menyesal, kucoba untuk mengurangi rasa pedihnya dengan meniup matanya pelan.

“ tapi kau pasti bohong, rumahmu kan di kompleks rumah nana onie”, si mesum ini bisa saja berbohong bagaimanapun keadaanya.

“sakit lah kau gila ya?...., oke baiklah, aku memang berhohong, aku tadi melihatmu keluar dari gedung itu sendirian, makannya aku ikutin, eh ternyata kau malah menyembrotku cih!”, sebenarnya aku merasa sangat bersalah menyemprotnya, siapa suruhdatang mengendap-ngendap seperti orang jahat.

“mianhe...., lagian siapa suruh mengendap-ngandap, kayak orang jahat”,

Author pov
Sasa mencoba terus meniup mata jaehyun dan memegang wajah jaehyun, jaehyun hanya diam dan tersenyum puas bisa melihat orang yang ia citainya sangat kawatir seperti ini padanya, tentunya dia tak buang kesempatan ini untuk menatapnya dalam-dalam.

“entah mengapa setiap hari, kau semakin bertambah cantik ya....”, pernyataan tiba-tiba jaehyun sukses membuat wajah sasa memerah, tapi tentu saja sasa tak ingin terlalu larut pada rayuan gombal playboy jaehyun.

“kau ini!  terus saja gombal, bahkan di saat sepert ini?, sudahlah lebih baik aku pulang”, sasa melepaskan tangannya dari wajah jaehyun, dan mencoba untuk pergi.

“mau kemana?, kau gak mau tanggung jawab setelah melakukan ini padaku? lagian jam segini mana ada taksi, kau akan ku antar” katanya sambil menahan sasa,

‘sepertinya memang ada benarnya dari pada menunggu taksi yang gak datang-datang lebih baik nebeng dia, tapi apa maksudnya tanggung jawab?’ kata sasa dalam hati.

“tanggung jawab?, apa yang ku lakukan padamu?, itu kan Cuma semprotan merica”, 

“jadi kau mau pulang sendiri?”

“ ehm.. baiklah, kalau kau memaksaku untuk ikut” kata sasa sinis ( sok jual mahal), jaehyun tersenyum tipis melihat yeoja polos yang sangat manis.

“geure... tapi sebelum itu, kau tak mau tanggung jawab?” kata jaehyun sambil menyerigai, melangkah semakin dekat kepada sasa, yang langsung membuat muka sasa juga semakin merah padam.

“ka..kau.. mau apa” katanya gugup.

“aku mau kau tanggung jawab, karna sudah membuatku semakin mencintaimu” katanya berbisik pelan di telinga sasa, dengan sekejab bibir jaehyun sudah menyentuh bibir sasa, 

sasa hanya diam tak bisa berbuat apa-apa sepertinya dia benar-benar shock, beberapa menit berlalu dan mereka tetap dalam keadaan sama, akhirnya sasa mulai menyadarkan indara indranya , ia mendorong jaehyun jauh-jauh dan mencoba menghirup udara kuat-kuat.

“ya!, kau sudah gila” teriak sasa, muka sasa kini seperti tomat yang baru masak, sementara jaehyun melihatnya gemas.
 
“whe?, kau yeojachingguku kan?” jawabnya enteng,
“kau ini benar-benar mesum!!!” teria sasa yang langsung memukuli dada bidang jaehyun.

“mesum? ya! Aku ini namjachinggumu! kau ini berlagak seperti ini ciuman pertama saja” clotehan jaehyun seketika membuat sasa diam seribu bahasa karna menag ini adalah ciuman pertama sasa,

“kau? Jangan-jangan benar, itu ciuman pertama mu? Ha!... jadi benar ya?”, jaehyun tertawa puas karna sudah merebut ciuman pertama sasa.

“ya!, kalau iya kenapa?, dasar mesum”

“pantas saja kau sangat kaku”

“ya!, kau ini!”

“hahaha... ini udah malam lebih baik ku antar pulang”, jaehyun menarik sasa untuk mengantarnya pulang, sementara sasa hanya mengumpat sebal.

-------_-------------_-------------                   ----------------_-----------_------------

Mobil jimin akhirnya berhenti didepan rumah vivi, Seperti tak terjadi apapun diantara mereka, meraka masih terlihat romantis layaknya sepasang kekasih tanpa masalah.

“changgi-a gomawo” vivi tersenyum manis ke arah jimin, vivi sangat senang mengetahui jimin masih bersikap seperti biasa tak ada yang berubah, walaupun mungkin hatinya sedang sangat sakit karna keegoisannya.

“ne,..., aku pulang sekarang” katanya manis.

“kau tak mau mampir dulu changgi-a?”

“tidah usah, aku buru-buru”, walaupun wajahnya dan sikapnya seperti biasa, tapi vivi tau jimin sedang menahan rasa sedih dan kecewanya, dia juga sangat mengetahui apa yang ia sedang lakukan sekarang hanya menyakiti hati jimin.

Vivi melangkah malas menaiki tangga rumahnya untuk sampai ke kamarnya yang berada di lantai dua, sesampainya disana, ternyata yonggi sudah ada di sana, sedang menonoton tv dan makan beberapa cemilan, benar-benar seperti kamarnya sendiri.

“baru pulang?,kamana saja?” seperti biasa yonggi hanya memandang malas ke arah vivi dan melanjutkan aktivitasnya.

“ada beberapa urusan oppa, rasanya capek sekali”, vivi merebahkan tubuhnya di kasur empuknya, tak ada rasa canggung antara mereka berdua, walaupun mereka berdua memang seorang yeoja dan namja yang berada di satu kamar pada malam hari pula.

“oppa kalau kau jadi aku, kau akan bagaimana?” kata vivi memecah keheningan, 

“entahlah, aku juga terlalu malas untuk memikikannya” cloteh yoongi, vivi sebal mendengar jawaban yonggi yang tak mau ambil pusing apapun yang terjadi, tapi vivi juga sudah memaklumi sikap sepupunya itu.

“kau itu oppa selalu saja..., ya sudah aku mau mandi”, vivi segera pergi kekamar mandi , yonggi melihat kepergian vivi dengan senyum nakal entah apa yang dipikirkannya.

-------_-------------_-------------                   ----------------_-----------_------------

“nana-ya ada tamu, cepat bukakan pintu, eoma sedang sibuk”, nana yang saat itu sedang  konsentrasi memasak menjadi sangat tergangu.

“tapi eoma bagaimana dengan masakanku? dimana ajuma?”,

“tinggalkan dulu... kan Cuma sebentar, ajuma sudah pulang karna ada urusan, cepat buka pintunya!”, nana hanya mengumpat sebal, karna dia sangat benci jika dingangu ketika sedang memasak, memasak adalah hobi nana sejak kecil, untuk itu dia sangat di benci saat dinganggu.

Nana berjalan ke arah pintu depan rumahnya, ‘siapa sih malam-malam begini?’, nana tetap mengumpat dalam hati, dibukanya pintu depan rumahnya , sesorang namja tampak berdiri di balik pintu itu, nana hanya melihatnya dari belakang, dia terlihat familiar dengan namja itu,

Beberapa saat namja itu berbalik, keringat dingin tiba-tiba keluar dari tubuh nana, nana masih sangat ketakukan dengan dia, siapa lagi kalau bukan namja yang hampir membuat masa depan nana hancur, kim seokjin.

Darah nana serasa naik, ketika seokjin sangat berani menemuinya dan datang ke rumahnya tanpa perasaan bersalah,

“kau!, kenapa kau kemari?, apa belum cukup ha!!!” teriak nana, perlahan air mata nana mengalir dengan deras, mengingat malam mengerikan yang pernah tejadi padanya, dia masih trauma.

“aku tau akan jadi seperti ini..., dan kau benar nana-ya, aku ini brengsek! kau bisa membenciku..., dan aku tak memintamu untuk memaafkanku, tapi.... setidaknya aku hanya ingin bilang, mianhe... , walaupun ini tak merubah apapun...“ katanya dengan menundukan kepalanya.

“mianhe ? sunbae..., sekarang katakan! kenapa kau melakukan hal seperti itu padaku? apa salahku?”, tangis nana semakin menjadi-jadi, seokjin benar-benar tak bisa melihat yeoja yang dicintainya menagis karnanya, dia ingin sekali berlari dan memeluknya, tapi ia tak bisa, itu hanya menambah rumit keadaan ini.

“kau tak salah apapun, aku yang brengsek, hah...”, seojin menghentikan perkataannya lalu mengambil nafas dalam-dalam.

“sebenarnya aku melakukannya karna..., aku mencintaimu..., sejak dulu aku sudah sangat mencintaimu..., semakin hari semakin ingin aku memilikimu..., dan pikiran itu datang begitu saja ketika melihatmu, aku sebenarnnya tak ingin melakukan apapun padamu, tapi aku tak bisa menahannya jika berada di dekatmu, ditambah lagi aku sangat geram melihatmu bersama taehyung, mianhe....” katana parau, mendengar perkataan sedih seokjin rasa marah nana sedikit berkurang, nana berusaha keras untuk menahan air matanya agar tak jatuh lagi.

“lebih baik sunbae pulang! jebal...”, kata nana yang langsung pergi dan menutup pintu nya agar seokjin pergi, dia tak ingin melihat wajah seokjin untuk saat ini.

Seokjin segera pergi, hatinya sangat sakit melihat nana yang sangat membencinya, tapi apa boleh buat, dia yang sudah membuat semuanya jadi seperti ini.

Nana berjalan lesu ke arah dapur untuk meneruskan memasaknya, setidaknya memasak bisa membuatnya melupakan semua masalahnya.

“siapa yang datang nana-ya?”

“Cuma teman yang tanya pelajaran kok eoma”, nana berusaha mengusap air matanya yang tadi sempat keluar.

“oh... begitu, mama kira taehyung, sudah lama ya taehyung gak kemari?, eoma jadi kangen” mendengar nama taehyung semakin membuat rasa bersalahnya, bagaimana kalau taehyung tau kalau seokjin baru saja kemari?, dia pasti akan sangat marah, apalagi bisa dibilang jika hubungan mereka sudah di ujung tanduk.

“eoma ini..., taehyung kan baru kemari sebenarnya yang pacarnya itu siapa sih?” kata nana sebal, nana segera menyelesaikan memasaknya yang tadi sempat tertunda mencoba menenangkan hatinya.

“eoma ingin kalian segera menikah, dan mempunyai cucu yang lucu, itukan impian setiap orang tua”

“eoma... aku bahkan masih sma” nana menggerutu sebal karna pernyataan tiba-tiba eomanya.

-------_-------------_-------------                   ----------------_-----------_------------

Yuri pov
Kulihat jam tanganku yang menunjukan pukul 9 malam, udara di sini sangat dingin, ingin sekali aku berteriak dan menagis sekeras-kerasnya, melihat ironi hidupku yang benar-benar meyedihkan ini.

Yoongi brengsek...., kenapa dia melakukan ini padaku?, aku sudah menunggunya selama 2 jam, ditengah - tengah malam yang menyeramkan dan sepi, dan dia bahkan tak datang? dia juga bahkan tak menghubungiku! hpnya juga gak aktif!.

Dia berjanji padaku untuk datang malam ini, tapi kenapa dia malah gak datang?, dan kenapa aku tak bisa pergi dari sini?, hatiku terus saja berharap dia datang padahal ini sudah 2 jam, aku ini benar-benar yeoja yang bodoh! gerutuku

Aku menangis pilu sendirian di bangku sebuah taman kota ini, kenapa aku mencintai orang seperti dia?, seharusnya aku tak pernah mencintainya.

akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi vivi, aku memang beharap dia tak ada di sana, tapi aku harus tetap mencobanya.

“anyeonghaseo vivi-ya... aku ingin tanya, apa Yoongi ada di situ?”  semua sisi diriku terus berharap dia tak ada di situ,

*oh yuri onie, iya yonggi oppa memang ada di sini, ada apa onie?*, DEG dadaku rasanya sangat sesak, aku menunggunya selama dua jam dan dia malah berada di rumah vivi? ini benar-benar gila!....

“anyeo, vivi-ya, aku hanya ingin dia ingat sesuatu yang gak penting untuknya, , dia punya janji mungkin dia tak ingat, sudah dulu vivi-ya”, aku menutup telponku tak kuat rasanya jika terus menelponnya, rasanya sangat sesak.

Author pov

Vivi sangat bingung dengan apa yang dikatakan yuri padanya, yoongi memang berada di rumah vivi saat ini, dia tertidur lelap di depan tv kamar vivi, yang masih dibiarkan menyala, 

Vivi segera mencoba membangunkan yonggi, sebenarnya dia tak ingin mengaganggunya apalagi saat dia tidur, tapi mungkin yuri ingin bicara penting padanya, ditambah lagi tadi walaupun samar-samar ia sempat mendengar isakan tangis yuri tadi.

“oppa bangun” kata vivi sambil menggoyang-goyang kan tubuh yoongi yang masih tertidur pulas.

“ada apa sih! jangan gangu! aku ngantuk!” gerutu yoongi yang masih setengah sadar, yoongi tetap mencoba untuk tidur (maklum pemalas).

“ya!, tadi yuri onie telpon, katanya kau melupakan janji yang sudah kau buat” yoongi segera terbangun mendengar perkataan vivi, ia teringat tentang janjinya tadi siang.

“apa katamu?, janji?”, dengan cepat yoongi segera melihat jam tangan yang melingkar ditanganya dia juga segera mengambil hpnya yang ada di saku celananya, terlihat 15 panggilan tak terjawab dari yuri.

“ada apa oppa? ada yang salah? oh iya satu lagi..., aku tadi seperti mendengar yuri onie menangis  saat aku mengangkat telponnya”, seketika muka yoongi berubah menjadi sangat frustasi.

“sial!!!....” kata yoongi yang segera berlari pergi secepat mungkin, berharap yuri masih ada menunggunya.

“oppa ada apa? mau kemana malam-malam begini?”, pertanyaan vivi tidak dijawab oleh yoongi yang memang sudah berlari jauh.

yoongi memacu mobilnya secepat yang ia bisa, tak sampai 30 menit yoongi sudah berada di taman yang dia tuju, dia berlari kesana kemari mencari dimana keberadaan yeoja yang sudah seminggu ini menjadi kekasihnya itu.

Tapi semua usahanya sia-sia dia tak menemukan yuri dimanapun, dia sangat menyesal kenapa dia melakukan ini kepada yuri?, padahal yuri selama ini selalu mencintainya, yoongi mengacak-ngacak rambutnya frustasi, walaupun rasanya ia sudah menyerah mencari yuri, tapi tentu saja ia masih berusaha mencarinya.

“ya! Brengsek, kau akhrinya datang!” kata seseorang dari balik yoongi, rasa kawatir yoongi hilang seketika setelah mendengar nya, ternyata itu memang yuri.

“mianhe aku-“ sebelum yonggi melanjutkan kata-katanya, yuri segera memeluk yoongi erat dia memang sangat marah tapi menurutnya yang paling penting yoongi sudah datang menepati janjinya,

“kau ini namja brengsek! kau sangat kejam kapadaku! tapi kenapa aku sangat mencintaimu ha!!... kenapa aku sangat bodoh!... bahkan hampir menunggumu selama 3 jam!!... hiks... hiks...”, tangis yuri sudah tidak bisa terbendung lagi, dia mengangisi kebodohannya selam ini, yoongi segera memeluknya erat dan mengelus rambutnya lembut.

“kenapa kau bodoh sekali!... kalau aku sudah tak datang selam 3 jam, kenapa kau menungguku”, kata-kata yonggi hanya membuat yuri tambah marah.

“kau benar, aku ini yeoja yang sangat bodoh, aku bahkan selalu berharap kau datang, walaupun rasanya gak mungkin, tapi hatiku tetap ingin menunggumu”

“mianhe...., saranghe....” kata yoongi lirih, jantung yuri serasa berhenti mendengar perkataan yoongi yang tak pernah  sekalipun ia dengar, perkataan yang sangat lembut, berbeda sekali dengan suara yoongi yang dingin dan kasar yang biasa dia dengar, perasaan lega campur senang sekarang ada di hati yuri, entah mengapa tapi yuri tak pernah bisa membenci kepada yoongi.

-------_-------------_-------------                   ----------------_-----------_------------

Nary menyendok sub hangat yang ia makan, sekarang hampir jam 11 malam , tapi adiknya belum juga pulang, 

Terdengar suara pintu yang terbuka pelan, nary menhela nafas lega mengetahui ternyata itu adiknya.

“ya kau dari mana? malam-malam begini belum pulang?”umpat nary, sasa yang berjalan pelan-pelan  karna takut ada yang tau dia pulang malam, tapi ternyata usahanya sia-sia, kakaknya sekarang sudah berada di depannya, dan terlihat sangat marah.

“tadi aku mampir ke tempat les balet onie, jadi agak sedikit terlambat”, sasa berusaha menutupi kencannya bersama jaehyun tadi, dia memang terlambat pulang gara-gara jaehyun mengajaknya diner.

“bohong!, mana ada les balet sampai jam segini sasa-ya!, cepat bilang kau dari mana!”  bantak nary, sasa yang polos tak pernah bisa menyembunyikan kebohongan dari mata jeli nary.

“anyeo onie, aku benar-benar les kok..., udah dulu onie aku ngantuk”, secepat mungkin sasa pergi menghindari nary, dia takut jika nary terus bertanya dia tak bisa menjawab, apalagi dia tak bisa bohong.

“ya!, kau sekarang pandai bohong kepada oniemu sasa-ya”, nary sebal mengetahui adiknya sekarang sering membohonginya, tapi setidaknya dia tetap lega sasa pulang dengan selamat.
To be contiued

Maaf ya bagi pembaca setia ff LR, ceritanya masih agak sedikit rumit nih, sebenarnya suflo sedang pusing melanjutkan ff ini, rasanya semakin lama jadi tambah sulit, ditambah  lagi suflo harus memikirkan gimana caranya agar ff ini gak monoton, ini jadi tantangan banget buat suflo, dan lagi suflo gak bosen-bosen untuk meminta pembaca untuk memberikan kritik dan saran di kolom comen, jangan lupa baca chapter selanjutnya ya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAGAM HIAS SUMATRA

Teori dibalik mv bts spring day sunflower

Dampak pemberontakan RMS (republik maluku selatan)