LIRIK DAN TERJEMAH LAGU BTS YOUNG FOREVER
Ff Bts “ long road” ( 17+)
Genre:
-
Scool life
-
Romansa
-
Hurt
-
Yadong ( tenang gak
terlalu ada kok)
Main cast : -
Min vivi ( OC )
- Jeon
jungkook (Jungkook) BTS
- Park
jimin (Jimin) BTS
- Min
yonggi (Suga) BTS
- Park
nana (OC)
- Kim
taehyung (V) BTS
Cast: -
Oh sasa (OC)
- Kim
seokjin (Jin) BTS
- seo yuri (OC)
- Kim
namjon (Rapmon) BTS
- Jaehyun
- go
salsa (OC)
- Jung
rara (OC)
- Jo
hoseok (Jhope) BTS
- Oh
nary (OC)
- And
other
Ketemu lagi sama suflo, gak kerasa ya sekarang ff
kesayangan kalian udah sampek chapter 6, padahal kayak baru kemarin aku ngepos
chapter 1, ada persaan bangga dan terharu L...., nah untuk
chapter 6 ini, suflo kalau bisa ingin fokus ke masalah-masalah cinta yang mulai
muncul, ini dia...
Sasa
pov
Hari ini benar-benar hari yang sibuk, aku harus
cepat-cepat menentukan apa yang akan ku lakukan , tapi pertama-tama
aku harus konsultasi dulu.
Aku yang sekarang duduk di kursi belakang mobil pribadiku,
berulang kali menghela nafas menatap ke luar cendela.
“berhenti ajussi”,
“ada apa aggasi?”, dia adalah sopir pribadiku pak
han namanya, dia yang selalu menjemput dan mengantarku kemanapun aku pergi.
“aku ingin pergi ke tempat les balet dulu ajussi”, aku
harus segera bertanya kepada guru baletku sebelum memutuskan mau tampil apa,
sekalian ingin bertemu dengannya aku sudah rindu padanya.
“tapi agassi, ini sudah malam, di tambah lagi saya
harus segera pulang ke rumah, ibu saya sedang sakit”,
“kalau begitu aku bisa pulang sendiri, ajussi pulang
saja, gak papa kok”, aku gak boleh menunda-nunda lagi tinggal 2 minggu lagi.
“mana mungkin saya tinggalkan agassi pulang sendiri
malam-malam begini?”, hampir 7 tahun lamanya ajussi menemaniku kemanapun pergiku, aku tak mau
merepotkannya hari ini.
“gwenchanayo ajussi, lagian aku bisa pulang sama
taksi, aku janji kalau ada apa-apa langsung hubungi ajussi deh ”
“apa bener gak apa-apa aggasi?”
“ne, ajussi gak usah kawatir, aku sudah besar kok”
“baiklah kalau begitu”, ajussi segera membukakan
pintu, dan mengantarku sampai ke depan gedung balet, aku sempat melihatnya
beberapa kali menoleh kebelakang, memastikan keadaanku, dia memang sangat perhatian padaku, bahkan selama ini aku lebih menganggapnya sebagai ayahku dari pada ayah kandungku yang hanya menemuiku sebulan sekali.
Kulangkahkan kaki ku masuk ke dalam gedung, padahal
biasanya gedung ini sangat ramai, tapi hari ini aku Cuma melihat beberapa murid
yang lalu lalang, kupercepat langkahku agar sampai tujuan secepat mungkin, yang berada di lantai atas, di situ biasanya aku
berlatih.
Ku buka pintu ruang utama, aku lega
karna melihat guru baletku masih ada di situ, sepertinya masih melatih beberapa
honbae.
“sam”, kataku memanggilnya, dia lagsung membalikan badannya dan tersenyum lebar, sepeti biasa dia sangat kenal suaraku,
“ada angin apa ini?, sampai bintangku kemari?” katanya sambil langsung memelukku.
“ah.. sam selalu deh, siapa yang bintang”, aku juga memeluknya, melepas kerinduanku selama ini, memang sudah lama aku tak kemari
mungkin hampir 3 minggu.
“begini sam...”, ku ceritakan semua yang mengganjal
di hatiku, tak kusangka hampir satu jam aku mengobrol dengannya, akhir nya aku
memutuskan untuk pulang, karna memang hari sudah malam, ditambah lagi aku
sudah menentukan apa yang kulakukan di acara pensi.
Lama aku menunggu di depan gedung ini, malam semakin larut dan tak ada taksi satupun yang lewat, benar-benar menakutkan.
“mana sih taksinya? mana udah malam lagi berrr....
dingin” umpatku, ku putuskan untuk berjalan ke halte bus yang tak jauh dari gedung ini, jujur aku sangat takut, apalagi jalan sendirian di jalan yang sepi, tapi
apa boleh buat aku gak mungkin merepotkan ajussi lagi.
pulang hanya itu yang ada di pikiranku sekarang, aku harus berani! aku sudah besar! kataku dalam hati, kini aku
sudah sampai di depan halte bus, tapi entah mengapa tiba-tiba aku ingat kejadian yang menimpa
nana onie ( sangat mengerikan) ,
dari tadi bulu kudungku merinding Sejak tadi aku merasa diikuti, bagaimana jika itu orang jahat?.
dari tadi bulu kudungku merinding Sejak tadi aku merasa diikuti, bagaimana jika itu orang jahat?.
rasa takutku semakin menjadi-jadi seteleh ku pastikan bahwa orang ini tadi mengikutiku sejak aku menunggu taksi di gedung balet tadi, ini bukan film hororkan?, walaupun ada yang lebih aku takutkan daripada hantu.
Aku menutup mataku dan mencoba memalingkan tubuhku, aku mulai merasa orang itu semakin dekat padaku dan semakin mendekat,
keringat dingin membasahi keningku, tubuhku terus saja bergetar hebat, tidak aku tak boleh jadi anak kecil seperti ini terus!, kurogoh l semprotan merica yang selaluku bawa di dalam tas ku, sebagai pertahanan terakhir ku.
sekarang kurasakan dia benar-benar berdiri di bekanga ku, kuputuskan untuk menyempronya dengan semprotan merica dan lari
sekencang mungkin untuk mencari bantuan.
“terima ini penjahat!!!....”, secepat mungkin ku semprotkan semprotan
merica ke wajahnya,
“Ahkkk!!!..... apa yang kau lakukan???!!!...” eranggannya membuatku membuka mataku
karna sepertinya suaranya sangat familiar.
“jaehyun-ni? kenapa kau disini?” tanyaku, ahh... sepertinya aku benar-benar membuat matanya perih, terlihat dari dia yang hanya mengucek-ngucek matanya,ya walaupun aku tak menampik hatiku sangat lega
mengetahui ternyata itu dia.
“apa maksudmu?... kau yang kenapa di sini?!!..., rumahhku ada di dekat
sini... lagi pula bukan itu yang penting! apa kau tidak lihat apa yang kau lakukan?”, dia mengucek matanya dan terus berdecak sebal sepertinya memang benar-benar perih.
“ mianhe..., sakit sekali ya? aku tak sengaja” kataku menyesal, kucoba
untuk mengurangi rasa pedihnya dengan meniup matanya pelan.
“ tapi kau pasti bohong, rumahmu kan di kompleks
rumah nana onie”, si mesum ini bisa saja berbohong bagaimanapun keadaanya.
“sakit lah kau gila ya?...., oke baiklah, aku memang
berhohong, aku tadi melihatmu keluar dari gedung itu sendirian, makannya aku
ikutin, eh ternyata kau malah menyembrotku cih!”, sebenarnya aku merasa sangat
bersalah menyemprotnya, siapa suruhdatang mengendap-ngendap seperti orang jahat.
“mianhe...., lagian siapa suruh mengendap-ngandap,
kayak orang jahat”,
Author pov
Sasa mencoba terus meniup mata jaehyun dan memegang
wajah jaehyun, jaehyun hanya diam dan tersenyum puas bisa melihat orang yang ia
citainya sangat kawatir seperti ini padanya, tentunya dia tak buang kesempatan
ini untuk menatapnya dalam-dalam.
“entah mengapa setiap hari, kau semakin bertambah
cantik ya....”, pernyataan tiba-tiba jaehyun sukses membuat wajah sasa memerah, tapi
tentu saja sasa tak ingin terlalu larut pada rayuan gombal playboy jaehyun.
“kau ini! terus saja gombal, bahkan di saat sepert ini?,
sudahlah lebih baik aku pulang”, sasa melepaskan tangannya dari wajah jaehyun,
dan mencoba untuk pergi.
“mau kemana?, kau gak mau tanggung jawab setelah
melakukan ini padaku? lagian jam segini mana ada taksi, kau akan ku antar” katanya sambil menahan sasa,
‘sepertinya memang ada benarnya dari pada menunggu taksi yang gak datang-datang lebih baik nebeng dia, tapi apa maksudnya tanggung jawab?’ kata sasa dalam hati.
‘sepertinya memang ada benarnya dari pada menunggu taksi yang gak datang-datang lebih baik nebeng dia, tapi apa maksudnya tanggung jawab?’ kata sasa dalam hati.
“tanggung jawab?, apa yang ku lakukan padamu?, itu
kan Cuma semprotan merica”,
“jadi kau mau pulang sendiri?”
“ ehm.. baiklah, kalau kau memaksaku untuk ikut” kata sasa sinis ( sok jual mahal),
jaehyun tersenyum tipis melihat yeoja polos yang sangat
manis.
“geure... tapi sebelum itu, kau tak mau tanggung jawab?” kata jaehyun sambil menyerigai, melangkah semakin dekat kepada sasa, yang langsung membuat muka sasa juga semakin merah padam.
“ka..kau.. mau apa” katanya gugup.
“aku mau kau tanggung jawab, karna sudah membuatku
semakin mencintaimu” katanya berbisik pelan di telinga sasa, dengan sekejab bibir jaehyun sudah menyentuh bibir sasa,
sasa hanya diam tak bisa berbuat apa-apa sepertinya dia benar-benar shock, beberapa
menit berlalu dan mereka tetap dalam keadaan sama, akhirnya sasa mulai menyadarkan indara indranya , ia
mendorong jaehyun jauh-jauh dan mencoba menghirup udara kuat-kuat.
“ya!, kau sudah gila” teriak sasa, muka sasa kini seperti tomat
yang baru masak, sementara jaehyun melihatnya gemas.
“whe?, kau yeojachingguku kan?” jawabnya enteng,
“kau ini benar-benar mesum!!!”, sasa memukuli tubuh
jaehyun, yang memebuat jaehyun meringis kesakitan,
“mesum?, ya! Aku ini namjachinggumu, kau ini
berlagak seperti ini ciuman pertama saja”, perkataan jaehyun seketika membuat
sasa diam,
“kau? Jangan-jangan benar, itu ciuman pertama mu? Ha!
jadi benar ya?”, jaehyun tersenyum puas karna sudah merebut ciuman pertama sasa.
“ya!, kalau iya kenapa?, dasar mesum”, sasa tak bisa
menahan sebalnya, karna memang itu adalah ciuman pertamanya.
“pantas saja kau sangat kaku”
“ya!, kau ini”
“hahaha... ini udah malam lebih baik ku antar
pulang”, jaehyun menarik sasa untuk mengantarnya pulang, sasa hanya mengumpat
sebal.
-------_-------------_-------------
----------------_-----------_------------
Mobil jimin akhirnya berhenti didepan rumah vivi
Seperti tak terjadi apapun diantara mereka, meraka
masih terlihat romantis layaknya sepasang kekasih tanpa masalah, seperti biasa jimin mengantar vivi sampai ke
depan rumah.
“changgi-a gomawo”, vivi tersenyum manis ke arah
jimin, vivi sangat senang mengetahui jimin masih bersikap seperti biasa,
walaupun mungkin hatinya sedang sangat sakit karna keegoisannya.
“ne,..., aku pulang sekarang”
“kau tak mau mampir dulu changgi-a?”, jimin
tersenyum manis ke arah vivi,
“tidah usah, aku buru-buru, sampaikan salamku kepada
eoma”, walaupun wajahnya dan sikapnya seperti biasa, tapi vivi tau jimin sedang
menahan rasa sedih dan kecewanya.
Vivi melangkah malas menaiki tangga rumahnya, untuk
sampai ke kamarnya yang berada di lantai dua, sesampainya disana, ternyata
yonggi sudah ada di sana, sedang menonoton tv dan makan beberapa cemilan,
benar-benar seperti kamarnya sendiri.
“baru pulang?, kamana saja?” seperti biasa yonggi
hanya memandang malas ke arah vivi dan melanjutkan aktivitasnya.
“ada beberapa urusan oppa, rasanya capek sekali”,
vivi merebahkan tubuhnya di kasur empuknya, tak ada rasa canggung antara mereka
berdua, walaupun mereka berdua memang yeoja dan namja yang berada di satu kamar,
dan saat malam hari.
“oppa, kalau kau jadi aku, kau akan bagaimana?”,
vivi masih berbaring malas di kasurnya,
“entahlah, aku juga terlalu malas untuk
memikikannya”, vivi sebal mendengar jawaban yonggi yang tak mau ambil pusing
apapun yang terjadi, tapi vivi juga sudah memaklumi sikap sepupunya itu.
“kau itu oppa selalu saja..., ya sudah aku mau
mandi”, vivi segera pergi kekamar mandi yang memang berada didalam kamar,
yonggi melihat kepergian vivi dengan senyum nakal entah apa yang dipikirkannya.
-------_-------------_-------------
----------------_-----------_------------
“nana-ya ada tamu, cepat bukakan pintu, eoma sedang
sibuk”, nana yang saat itu sedang konsentrasi memasak menjadi sangat tergangu.
“tapi eoma bagaimana dengan masakanku?, dimana
ajuma?”,
“tinggalkan dulu, kan Cuma sebentar, ajuma sudah
pulang karna ada urusan, cepat buka pintunya”, nana mengumpat sebal, karna dia
sangat benci jika dingangu saat sedang memasak, memasak adalah hobi nana sejak
kecil, untuk itu dia sangat di benci saat dinganggu.
Nana berjalan ke arah pintu depan rumahnya, ‘siapa
sih malam-malam begini?’, nana tetap mengumpat dalam hati, dibukanya pintu
depan rumahnya itu, sesorang namja tampak berdiri di balik pintu itu, nana
hanya melihatnya dari belakang, dia terlihat kenal dengan namja itu,
Beberapa saat namja itu berbalik, keringat dingin
tiba-tiba keluar dari tubuh nana, nana masih sangat ketakukan dengan dia, siapa
lagi kalau bukan namja yang hampir membuat masa depan nana hancur, kim seokjin.
Darah nana serasa naik, seokjin berani sekali menemuinya
lagi, dan datang ke rumahnya,
“kau!, kenapa kau kemari?, belum cukup kau hampir
merusak masa depanku!”, air mata nana mengalir begitu saja, mengingat malam
mengerikan yang pernah tejadi padanya.
“aku tau akan jadi seperti ini, dan kau benar
nana-ya, aku ini brengsek, kau bisa membenciku, dan aku tak memintamu untuk
memaafkanku, tapi setidaknya aku hanya ingin bilang, mianhe... , walaupun ini
tak merubah apapun...“
“mianhe ?, sunbae..., sekarang katakan, kenapa kau
melakukan hal seperti itu padaku?, apa salahku?”, tangis nana semakin
menjadi-jadi, seokjin benar-benar tak bisa melihat yeoja yang dicintainya
menagis karnanya, dia ingin sekali berlari dan memeluknya, tapi itu hanya
menambah rumit keadaan ini.
“kau tak salah apapun, aku yang brengsek, hah...”,
seojin mengambil nafas dalam-dalam.
“sebenarnya aku melakukannya karna..., aku
mencintaimu,sejak dulu aku sudah sangat mencintaimu, semakin hari semakin ingin
aku memilikimu, dan pikiran itu datang begitu saja ketika melihatmu, aku
sebenarnnya tak ingin melakukan apapun padamu, tapi aku tak bisa menahannya
jika berada di dekatmu, ditambah lagi aku sangat geram melihatmu bersama
taehyung, mianhe....”, mendengar perkataan sedih seokjin rasa marah nana
sedikit berkurang, nana berusaha keras untuk menahan air matanya.
“lebih baik sunbae pulang, kumohon sunbae”, nana
pergi dan menutup pintu agar seokjin pulang, dia tak ingin melihat wajah
seokjin untuk saat ini.
Seokjin segera pergi, hatinya sangat sakit melihat
nana yang sangat membencinya, tapi apa boleh buat, dia yang sudah membuat
semuanya jadi seperti ini.
Nana berjalan lesu ke arah dapur untuk meneruskan
memasaknya, setidaknya memasak bisa membuatnya melupakan semua masalahnya.
“siapa yang datang nana-ya?”
“Cuma teman yang tanya pelajaran kok eoma”, nana
berusaha mengusap air matanya yang tadi sempat keluar.
“oh... begitu, mama kira taehyung, sudah lama ya,
taehyung gak kemari, eoma jadi kangen” mendengar nama taehyung membuat nana
teringat kepada kekasihnya itu , bagaimana kalau taehyung tau kalau seokjin
baru saja kemari?, dia pasti akan sangat marah.
“eoma ini, taehyung kan baru kemari, sebenarnya yang
pacarnya itu siapa sih?”, nana segera menyelesaikan memasaknya yang tadi sempat
tertunda.
“eoma ingin kalian segera menikah, dan mempunyai
cucu yang lucu, itukan impian setiap orang tua”
“eoma... aku bahkan masih sma” nana menggerutu sebal
karna pernyataan menyebalkan eomanya.
-------_-------------_-------------
----------------_-----------_------------
Yuri pov
Kulihat jam tanganku yang menunjukan pukul 9 malam,
udara di sini sangat dingin, ingin sekali aku berteriak dan menagis
sekeras-kerasnya, melihat ironi hidupku yang benar-benar meyedihkan ini.
Yoongi brengsek...., kenapa dia melakukan ini padaku?,
aku sudah menunggunya selama 2 jam, ditengah - tengah malam yang sepi, dan dia
bahkan tak datang, dia juga bahkan tak menghubungiku, hpnya juga gak aktif.
Dia berjanji padaku untuk datang malam ini, tapi
kenapa dia malah gak datang?, dan kenapa aku tak bisa pergi dari sini?, hatiku
terus saja berharap dia datang padahal ini sudah 2 jam, aku ini benar-benar
yeoja yang bodoh.
Aku menangis pilu sendirian di bangku sebuah taman
kota ini, kenapa aku mencintai orang seperti dia?, seharusnya aku tak pernah
mencintainya.
akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi vivi, aku
memang beharap dia tak ada di sana, tapi aku harus tetap mencobanya.
“anyeonghaseo vivi-ya, aku ingin tanya, apa Yoongi
ada di situ?”, semua sisi diriku terus berharap
dia tak ada di situ,
*oh onie, iya yonggi oppa memang ada di sini, ada
apa onie?*, dadaku rasanya sangat sesak, aku menunggunya selama dua jam, dan
dia malah berada di rumah vivi.
“anyeo, vivi-ya, aku hanya ingin dia ingat sesuatu
yang gak penting untuknya, , dia punya janji yang diingkarinya, sudah dulu
vivi-ya”, aku menutup telponku tak kuat rasanya jika terus menelponnya.
Author pov
Vivi sangat bingung dengan apa yang dikatakan yuri
padanya, yoongi memang berada di rumah vivi saat ini, dia tertidur lelap di
depan tv kamar vivi, yang masih dibiarkan menyala,
Vivi segera membangunkan yonggi, sebenarnya dia tak
ingin mengaganggunya, apalagi saat dia tidur, tapi mungkin yuri ingin bicara
penting padanya, ditambah lagi tadi, walaupun dia tak begitu yakin, ia sempat
mendengar isakan tangis yuri.
“oppa bangun”, vivi segera menggoyang-goyang kan
tubuh yoongi yang masih tertidur pulas.
“ada apa sih!, jangan gangu, aku ngantuk”, yoongi
tetap mencoba untuk tidur.
“ya!, tadi yuri onie telpon, katanya kau melupakan
janji yang sudah kau buat”, yoongi segera terbangun mendengar perkataan vivi, ia
teringat tentang janjinya tadi siang.
“apa katamu?, janji?”, dengan cepat yoongi segera
melihat jam tangan yang melingkar ditanganya, dia juga segera mengambil hpnya
yang ada di saku celananya, terlihat 15 panggilan tak terjawab dari yuri.
“ada apa oppa?, ada yang salah?, oh iya satu lagi,
aku tadi seperti mendengar yuri onie menangis , saat aku mengangkat telponnya”,
muka yoongi berubah menjadi sangat frustasi.
“sial!!!....”, yonggi berlari pergi secepat mungkin,
berharap yuri masih ada menunggunya.
“oppa ada apa?, mau kemana malam-malam begini?”,
pertanyaan vivi tidak dijawab oleh yoongi, yang sudah berlari jauh
yoongi memacu mobilnya secepat yang ia bisa, tak
sampai 30 menit yoongi sudah berada di taman yang dia tuju, dia berlari kesana
kemari mencari dimana keberadaan yeoja yang sudah seminggu ini menjadi
kekasihnya itu.
Tapi semua usahanya sia-sia dia tak menemukan yuri
dimanapun, dia sangat menyesal, kenapa dia melakukan ini kepada yuri, padahal
yuri selama ini selalu mencintainya, yoongi mengacak-ngacak rambutnya kesal,
walaupun ia sudah menyerah mencari yuri, tapi tentu saja ia masih berusaha
mencarinya.
“ya! Brengsek, kau akhrinya datang!”, rasa kawatir yoongi
hilang saat mendengar suara itu, ternyata itu memang yuri .
“mianhe aku-“ sebelum yonggi melanjutkan
kata-katanya, yuri segera memeluk yoongi ,
“kau ini namja brengsek, kau sangat kejam kapadaku,
tapi kenapa aku sangat mencintaimu, kenapa aku sangat bodoh, bahkan hampir
menunggumu selama 3 jam”, tangis yuri sudah tidak bisa terbendung, dia
mengangisi kebodohannya selam ini.
“kenapa kau bodoh sekali, kalau aku sudah tak datang
selam 3 jam, kenapa kau menungguku”, kata-kata yonggi hanya membuat yuri tambah
marah.
“kau benar, aku ini yeoja yang sangat bodoh, aku
bahkan selalu berharap kau datang, walaupun rasanya gak mungkin, tapi hatiku
tetap ingin menunggumu”, yuri semakin memeluk erat yonggi.
“mianhe...., saranghe....”, jantung yuri serasa
berhenti mendengar perkataan yoongi yang tak pernah sekalipun ia dengar, perkataan yang sangat
lembut, berbeda sekali, dengan suara yoongi yang dingin dan kasar yang biasa
dia dengar, perasaan lega campur senang sekarang ada di hati yuri, entah
mengapa tapi yuri tak pernah bisa marah kepada yoongi.
-------_-------------_-------------
----------------_-----------_------------
Nary menyendok sub hangat yang ia makan, sekarang
hampir jam 11 malam , tapi adiknya belum juga pulang,
Terdengar suara pintu yang terbuka pelan, nary
menhela nafas lega mengetahui ternyata itu adiknya.
“ya kau dari mana?, malam-malam begini belum
pulang?”, sasa yang berjalan pelan-pelan, karna takut ada yang tau dia pulang
malam, tapi ternyata usahanya sia-sia, kakaknya sekarang berada di depannya,
dan terlihat sangat marah.
“tadi aku mampir ke tempat les balet onie, jadi agak
sedikit terlambat”, sasa berusaha menutupi kencannya bersama jaehyun tadi, dia
memang terlambat pulang gara-gara jaehyun mengajaknya diner.
“bohong!, mana ada les balet sampai jam segini
sasa-ya!, cepat bilang kau dari mana!”, sasa yang polos, tak pernah bisa
menyembunyikan kebohongan dari mata jeli nary.
“anyeo onie, aku benar-benar les kok, udah dulu onie
aku ngantuk”, secepat mungkin sasa pergi menghindari nary, dia takut jika nary
terus bertanya, dia tak bisa menjawab, apalagi dia tak bisa bohong.
“ya!, kau sekarang pandai bohong kepada oniemu
sasa-ya”, nary sebal mengetahui adiknya sekarang sering membohonginya, tapi
setidaknya dia tetap lega sasa pulang dengan selamat.
To be contiued
Maaf
ya bagi pembaca setia ff LR, ceritanya masih agak sedikit rumit nih, sebenarnya
suflo sedang pusing melanjutkan ff ini, rasanya semakin lama jadi tambah sulit,
ditambah lagi suflo harus memikirkan
gimana caranya agar ff ini gak monoton, ini jadi tantangan banget buat suflo,
dan lagi suflo gak bosen-bosen untuk meminta pembaca untuk memberikan kritik
dan saran di kolom comen, jangan lupa baca chapter selanjutnya ya J
Komentar
Posting Komentar